bukamata.id – Taman Wisata Alam (TWA) Cagar Alam Pangandaran tak hanya menawarkan pesona alam, tetapi juga menyimpan situs bersejarah yang sarat cerita dan tradisi: Situs Batu Kalde. Berada di kawasan yang rindang dan tenang, situs ini menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan, baik karena nilai historisnya maupun karena mitos yang menyertainya.
Warisan Kerajaan dan Simbol Kepercayaan Hindu
Situs Batu Kalde diyakini sebagai petilasan Prabu Jaya Pakuan, seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran yang pernah singgah di kawasan ini. Nama “Batu Kalde” berasal dari bentuk arca yang menyerupai seekor sapi. Warga setempat menyebutnya “kalde” — kata dalam bahasa Sunda yang berarti keledai, meski sesungguhnya arca tersebut merupakan Nandi, kendaraan Dewa Siwa dalam mitologi Hindu.
Dalam kepercayaan Hindu, kehadiran Nandi biasanya menandakan lokasi suci yang dulunya digunakan untuk pemujaan terhadap Dewa Siwa. Umumnya, tempat seperti ini juga dilengkapi dengan arca lingga yoni—simbol keseimbangan dan kesuburan yang melambangkan penyatuan kekuatan maskulin (lingga) dan feminin (yoni).
Tradisi Lempar Koin yang Masih Lestari
Salah satu daya tarik utama di Situs Batu Kalde adalah tradisi melempar koin ke dalam lubang yoni yang masih tersisa. Konon, siapa pun yang berhasil memasukkan koin ke dalam lubang tersebut dari jarak tertentu, harapannya akan terkabul.
“Biasanya pengunjung melempar dari jarak tiga langkah mundur dari batu pembatas,” jelas Yogi Saputera, penjaga situs sekaligus narasumber lokal. Menurut Yogi, jenis koin pun tidak bisa sembarangan. “Harus recehan Rp 500 atau lebih kecil, tidak boleh uang dengan nilai besar,” katanya.
Tradisi ini tak pernah sepi peminat, terutama saat musim liburan. “Setiap hari ada sekitar 20 sampai 30 orang yang mencoba. Saat libur panjang bisa lebih ramai lagi,” tambah Yogi.
Antara Kepercayaan dan Pengalaman Wisata
Bagi sebagian pengunjung, ritual ini adalah bagian dari kepercayaan spiritual. Namun, bagi lainnya, tradisi lempar koin menjadi aktivitas yang menyenangkan selama berwisata. Salah satunya adalah Aprilian (24), wisatawan yang datang bersama temannya.
“Awalnya cuma ikut rute wisata. Pas dijelaskan soal mitos Batu Kalde, ya jadi penasaran dan ikut coba,” katanya.
Hal serupa dirasakan Fazar Sidiq, teman perjalanan Aprilian. “Saya sampai tukar uang kertas jadi koin receh. Dari empat kali lempar, dua berhasil masuk,” ucapnya sambil tersenyum.
Warisan Budaya yang Hidup
Situs Batu Kalde bukan sekadar tumpukan batu purbakala. Ia adalah representasi sejarah, kepercayaan, dan budaya yang tetap hidup di tengah masyarakat. Baik bagi yang datang karena keyakinan maupun karena rasa penasaran, pengalaman di situs ini selalu memberikan kesan tersendiri.
Dengan keunikan arca kuno, nilai spiritual, dan tradisi lokal yang masih lestari, Batu Kalde menjadi bukti bahwa wisata sejarah bisa menyatu dengan nuansa budaya yang hangat dan penuh cerita.