bukamata.id – Perseteruan antara Yai Mim dan Sahara kembali mencuat ke publik. Setelah sempat mereda, nama keduanya kini kembali viral di media sosial usai istri Yai Mim, Rosyida Vignesvari atau yang akrab disapa Bu Rose, mengunggah video baru yang memperlihatkan momen ketika suaminya dimaki-maki hingga diperlakukan kasar oleh Sahara.
Unggahan tersebut sontak memicu gelombang reaksi di jagat maya. Bu Rose pun menjelaskan bahwa video tersebut diunggah bukan untuk memperkeruh suasana, melainkan untuk “meluruskan fakta” yang menurutnya telah diputarbalikkan.
“Video lama itu, video tanggal 1 September, cuman baru saya upload sekarang, kenapa? karena kemarin, salah satu materi pertanyaan polisi adalah soal pencemaran nama baik, bahwa Sahara menuduh jika Yai Mim berbuat cabul, padahal yang menyebut cabul duluan itu Bu Sahara di hadapan para mahasiswa dan warga,” jelas Rose dalam video yang diunggah akun TikTok @okyhoho.
Sekilas Tentang Konflik Lama Yai Mim dan Sahara
Konflik antara Yai Mim dan Sahara bukanlah hal baru. Pertikaian keduanya sudah berlangsung sejak Agustus 2025 lalu dan bermula dari persoalan sepele, yakni urusan parkir mobil dan batas tanah di kawasan Perumahan Joyogrand, Lowokwaru, Kota Malang.
Saat itu, Sahara kerap memarkir mobil di depan rumah Yai Mim. Pihak Yai Mim mengklaim bahwa lahan tersebut merupakan tanah wakaf yang semestinya tidak digunakan untuk kepentingan pribadi. Sementara Sahara menegaskan bahwa area tersebut adalah fasilitas umum yang boleh digunakan siapa saja.
Masalah tersebut memanas ketika kedua pihak mulai saling menuduh melakukan pelanggaran etika hingga fitnah. Perselisihan itu lalu meluas ke lingkup warga perumahan dan berujung pada aksi penolakan terhadap keberadaan keluarga Yai Mim.
“Awalnya hanya soal parkir. Tapi lama-lama melebar ke banyak hal. Ada yang bilang kami menguasai tanah, ada yang menuduh suami saya menyebar video tidak senonoh. Semua tuduhan itu tidak benar,” jelas Bu Rose dalam wawancara terpisah.
Ramainya pemberitaan membuat sejumlah tokoh ikut menyoroti kasus ini. Salah satunya adalah Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Sampai-sampai, mantan Bupati Purwakarta itu berkunjung ke Malang untuk memediasi Yai Mim dan Sahara.
Selain Dedi, beberapa tokoh lokal di Malang juga disebut mencoba menengahi kedua pihak agar meredam konflik, termasuk tokoh agama dan perwakilan ormas Islam. Namun, upaya mediasi belum menunjukkan hasil nyata karena masing-masing pihak masih bertahan dengan versinya.
Masuk ke Ranah Hukum
Konflik tersebut akhirnya menembus ranah hukum. Kedua belah pihak saling melapor ke kepolisian dengan tuduhan berbeda.
Sahara melaporkan Yai Mim atas dugaan pelanggaran UU ITE dan pelecehan. Di sisi lain, Yai Mim melayangkan laporan balik karena merasa telah difitnah dan mengalami intimidasi dari tetangganya sendiri.
Kuasa hukum Sahara, M. Zakki, membenarkan bahwa laporan terhadap Yai Mim sudah diterima pihak berwajib. Ia menegaskan, kliennya memiliki bukti kuat terkait tuduhan tersebut.
“Kami memiliki bukti bahwa video pribadi yang melibatkan Yai Mim telah tersebar ke banyak pihak. Jadi alasan bahwa ponselnya rusak atau dipinjam hanyalah alibi. Bukti digitalnya sudah ada,” ujar Zakki kepada media.
Sementara itu, Yai Mim bersikeras bahwa ia tidak pernah menyebarkan video tersebut. Ia mengklaim bahwa ponselnya pernah diperbaiki oleh pihak Sahara dan dari situlah kemungkinan data pribadinya bocor.
“Saya tidak pernah menyebarkan video apa pun. HP saya sempat rusak dan dibawa ke rumah Sahara untuk diperbaiki. Setelah itu, entah bagaimana, video itu beredar. Saya merasa dijebak,” kata Yai Mim dalam pernyataannya.
Kasus penyebaran video ini bahkan sampai ke meja Inspektorat Jenderal Kementerian Agama, mengingat Yai Mim adalah seorang aparatur sipil negara (ASN) di bawah Kemenag. Dalam pemeriksaan internal, Yai Mim mengaku menangis saat diperlihatkan video tersebut. Ia menegaskan bahwa video itu bersifat pribadi dan bukan untuk konsumsi publik.
Video Baru Jadi Sorotan: “Sahara Toyor Kepala Yai Mim”
Di tengah polemik yang belum juga tuntas, beredar video yang memperlihatkan Sahara menoyor kepala Yai Mim. Video berdurasi pendek itu diambil dari satu sudut kamera saja, namun cukup untuk memicu perdebatan baru di media sosial.
Banyak warganet bersimpati pada Yai Mim setelah melihat rekaman tersebut. Namun, sebagian lain menilai video itu tidak menggambarkan keseluruhan kejadian dan berpotensi menyesatkan karena hanya menampilkan satu angle.
Bu Rose sendiri menyebut bahwa video itu merupakan bukti perlakuan kasar yang diterima suaminya dari Sahara, sekaligus bantahan atas tuduhan pencabulan yang sebelumnya dilayangkan pihak lawan.
Pihak Sahara belum memberikan komentar langsung terkait unggahan terbaru tersebut. Namun, kuasa hukumnya menyebut bahwa tindakan Bu Rose dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran etika jika terbukti menyebarkan rekaman tanpa izin.
“Kami sedang mempelajari video yang diunggah. Kalau itu melanggar privasi klien kami atau ada unsur pencemaran nama baik, tentu akan kami tindaklanjuti,” kata M. Zakki.
Dinamika Opini Publik
Kasus Yai Mim vs Sahara menjadi salah satu contoh nyata bagaimana konflik pribadi bisa membesar karena keterlibatan media sosial. Dalam beberapa hari, tagar #YaiMim dan #Sahara kembali trending di platform X (Twitter) dan TikTok.
Berbagai potongan video, narasi, dan klaim pribadi berseliweran tanpa konteks yang utuh. Publik terbelah: sebagian menganggap Yai Mim korban fitnah, sebagian lain percaya Sahara adalah korban pelecehan.
Sejumlah pakar komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Malang menilai fenomena ini sebagai bentuk “tribunal publik” di era digital, di mana masyarakat dengan cepat menghakimi tanpa menunggu hasil proses hukum.
“Kasus ini menunjukkan betapa cepatnya isu privat berubah menjadi isu publik. Media sosial memberi ruang bagi kedua pihak untuk membangun narasi masing-masing, dan publik cenderung menilai berdasarkan emosi, bukan fakta,” ujar pakar komunikasi UMM, Dr. Fathurrahman.
Belum Ada Titik Temu
Hingga kini, belum ada penyelesaian resmi antara kedua belah pihak. Proses hukum masih berlangsung, baik laporan Sahara terhadap Yai Mim maupun laporan balik yang diajukan pihak Yai Mim.
Polisi dikabarkan masih mengumpulkan bukti tambahan, termasuk rekaman digital, percakapan, serta hasil pemeriksaan saksi.
Yai Mim dan istrinya menyatakan siap mengikuti seluruh prosedur hukum, namun mereka juga berharap masyarakat tidak langsung menilai tanpa mendengar klarifikasi lengkap.
“Kami serahkan semuanya ke penegak hukum. Tapi kami mohon publik jangan dulu menghakimi. Kebenaran pasti akan terbuka,” ujar Bu Rose.
Penutup
Kasus Yai Mim vs Sahara memperlihatkan kompleksitas hubungan sosial di era digital: konflik yang bermula dari urusan tetangga bisa berubah menjadi pertempuran opini publik, lengkap dengan video, laporan polisi, dan perang narasi di media sosial.
Apakah video baru yang diunggah Bu Rose akan mengubah persepsi publik? Ataukah justru memperpanjang kisruh antara dua pihak yang dulunya hanya berselisih soal parkir? Semua masih menunggu hasil penyelidikan aparat dan keputusan hukum yang sah.
Yang jelas, kisah ini menjadi pelajaran bahwa di zaman serba digital, rekaman video dan unggahan media sosial bisa menjadi senjata — atau justru bumerang — dalam konflik personal.
Baca Berita bukamata.id lainnya di Google News










