bukamata.id – Jagat maya baru-baru ini dihebohkan dengan beredarnya video sejumlah pekerja PT Gudang Garam Tbk yang saling berpamitan. Mereka tampak mengenakan kaus berlogo khas perusahaan, sebagian tidak kuasa menahan tangis. Narasi dalam video tersebut menyebutkan bahwa mereka terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Meski demikian, pihak manajemen Gudang Garam hingga kini belum mengeluarkan keterangan resmi terkait kabar tersebut.
Jejak Awal Sang Pendiri
PT Gudang Garam Tbk merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Tjoa Ing Hwie atau Surya Wonowidjojo, yang lahir di Fujian, Tiongkok, pada 15 Agustus 1923.
Saat berusia tiga tahun, ia bersama keluarganya merantau ke Indonesia dan menetap di Sampang, Madura. Sejak kecil, Surya sudah dekat dengan dunia pertembakauan. Ia sempat bekerja di pabrik rokok “93” milik pamannya dan akhirnya dipercaya menduduki posisi direktur.
Namun pada 1956, ia memilih hengkang untuk merintis usaha sendiri. Dua tahun kemudian, tepatnya 26 Juni 1958, ia meluncurkan produk kretek perdana dengan merek Inghwie. Baru pada 1960, nama perusahaan resmi berubah menjadi Gudang Garam, sebuah nama yang konon datang dari mimpi sang pendiri.
Dari Usaha Rumahan ke Raksasa Rokok
Cikal bakal Gudang Garam berawal dari industri rumahan dengan peralatan sederhana dan hanya 50 pekerja. Produksi awalnya berupa Sigaret Kretek Klobot (SKL) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT), yang dipasarkan terbatas di Kediri.
Seiring meningkatnya permintaan, cabang pertama didirikan di Gurah, Kediri, pada 1960 dengan 200 karyawan. Perusahaan kemudian naik status menjadi Firma pada 1969, lalu bertransformasi menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada 1971 dengan dukungan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Tonggak penting lain terjadi pada 1979 saat Gudang Garam mulai memproduksi Sigaret Kretek Mesin (SKM). Meski mengandalkan teknologi, sistem padat karya tetap dipertahankan sehingga penyerapan tenaga kerja tetap besar.
Memasuki dekade 1990, Gudang Garam resmi melantai di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, berstatus sebagai perusahaan terbuka. Hingga 2001, perusahaan ini menguasai lebih dari 100 hektare lahan industri, memproduksi sekitar 70 miliar batang rokok per tahun, serta mempekerjakan sekitar 40 ribu buruh gulung kretek dan 3.000 karyawan tetap.
Ekspansi Produk dan Anak Usaha
Gudang Garam kini memproduksi lebih dari 20 jenis rokok kretek, mulai dari Gudang Garam International, Gudang Garam Surya 12, hingga Gudang Garam Merah. Pasarnya bukan hanya dalam negeri, tapi juga menjangkau Malaysia, Brunei, dan Jepang.
Untuk menopang operasional, perusahaan mendirikan sejumlah anak usaha, antara lain:
PT Surya Pamenang: produsen kertas karton kemasan rokok.
PT Surya Madistrindo: distributor tunggal produk Gudang Garam.
PT Surya Air: layanan penerbangan tidak berjadwal.
PT Graha Surya Media: penyedia layanan hiburan.
Menariknya, Gudang Garam juga tercatat pernah menjadi sponsor resmi Piala Dunia FIFA, mulai dari edisi 1958 hingga 1966, dan kembali hadir pada 2010.
Tantangan Kini
Dengan sejarah panjang dan kontribusi besar bagi industri rokok nasional, Gudang Garam telah menjelma sebagai ikon ekonomi di Kediri dan Indonesia. Namun di tengah situasi ekonomi global yang penuh gejolak, isu PHK massal yang kini mencuat menimbulkan pertanyaan besar: apakah raksasa kretek ini sedang menghadapi guncangan serius?
Baca Berita bukamata.id lainnya di Google News









