bukamata.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berupa hujan deras yang berpotensi disertai angin kencang serta kilat/petir akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jawa Barat (Jabar), mulai 4 Maret 2025.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyebutkan bahwa kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga 11 Maret 2025.
Hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi di berbagai daerah, terutama di bagian barat Indonesia dan Kepulauan Papua.
Penyebab cuaca ekstrem ini antara lain aktivitas gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin yang tetap aktif di wilayah barat Indonesia serta Kepulauan Papua.
Wilayah yang rawan mengalami cuaca ekstrem mencakup sebagian besar Sumatra, Jawa bagian barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, serta Kepulauan Papua. Kondisi ini berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi.
“Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai, terutama di daerah yang rentan terdampak cuaca ekstrem,” ujar Guswanto dalam keterangan resmi pada Kamis (6/3/2025).
Analisis terbaru BMKG juga menunjukkan terbentuknya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia, tepatnya di barat Aceh, serta di selatan Papua.
Keberadaan sirkulasi siklonik ini mengakibatkan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi di beberapa perairan seperti Laut Natuna, Laut Banda, perairan selatan Sulawesi, Laut Arafuru, dan Maluku.
“Selain itu, daerah pertemuan angin (konfluensi) juga terdeteksi membentang di Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan,” tambahnya.
Daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lainnya juga terpantau memanjang dari Pesisir Timur Riau hingga Kepulauan Riau, dari Sumatra Barat hingga Sumatra Selatan, dari Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga selatan Jawa Barat, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan, serta dari Laut Sulawesi hingga Kalimantan Timur.
“Kondisi ini berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah-wilayah tersebut dan dapat berdampak pada aktivitas maritim serta masyarakat pesisir,” jelasnya.
Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang masih aktif di Kepulauan Papua turut memperkuat dinamika atmosfer di kawasan timur Indonesia. Fenomena ini meningkatkan aktivitas konveksi yang memperbesar potensi hujan deras di berbagai daerah.
Sementara itu, analisis labilitas lokal mengindikasikan potensi signifikan untuk perkembangan awan konvektif di berbagai wilayah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, serta hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk rutin memantau perkembangan cuaca secara berkala guna mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang.
“Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer, BMKG mengingatkan masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan,” tutup Guswanto.
Baca Berita bukamata.id lainnya di Google News










