bukamata.id – Suasana di sebuah rumah sederhana di kawasan Sungai Tenang, Gandus, Palembang, tampak muram pada Senin sore itu. Di sudut ruang tamu, seorang bocah perempuan duduk diam memeluk lututnya. Matanya tampak sembab, masih menyisakan bekas lebam di sekitar pelipis. Ia adalah Fathiah, siswi kelas 1 SD Negeri 150 Palembang, yang beberapa hari terakhir menjadi perbincangan publik setelah wajahnya terlihat memar sepulang sekolah.
Bagi sang ibu, Erna (40), hari itu masih terekam jelas di ingatannya. Ia menjemput anaknya pada Senin (27/10/2025), tanpa menyangka akan melihat kondisi sang putri yang tak seperti biasanya.
“Saya sempat tanyakan ke anak saya, tetapi sampai sekarang dia hanya diam,” ujar Erna lirih saat ditemui wartawan di rumahnya, Senin (3/11/2025).
Menurut Erna, pagi itu Fathiah berangkat ke sekolah dalam keadaan sehat. Namun, ketika pulang, matanya tampak lebam. Ia segera mencari penjelasan dari pihak sekolah, tapi tak satu pun guru bisa memberikan jawaban pasti.
“Sempat saya tanyakan, kata guru kemungkinan sakit mata karena sering main handphone,” ungkapnya.
Erna membantah penjelasan tersebut. Menurutnya, anaknya jarang sekali memegang ponsel, apalagi di lingkungan sekolah. Tidak puas, ia membawa Fathiah ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan dokter menyebutkan adanya benturan benda keras di area sekitar mata.
“Kalau memang karena sering main handphone, bisa merah, tapi enggak mungkin lebam seperti ini,” ujarnya.
Sejak kejadian itu, Fathiah enggan ke sekolah. Ia lebih banyak berdiam diri di rumah, masih trauma dengan apa yang dialaminya.
“Saya sangat sedih anak saya jadi begini. Kami juga tidak pernah berbuat jahat dengan orang lain,” kata Erna, matanya berkaca-kaca.
Pihak Sekolah Bantah Ada Kekerasan
Kabar ini cepat menyebar setelah diunggah akun Instagram @Virasoniaaaa, membuat pihak Dinas Pendidikan Palembang segera turun tangan. Kepala Dinas Pendidikan, Muhammad Affan Prapanca, menyatakan pihaknya telah melakukan klarifikasi langsung ke sekolah.
“Kami sudah tanya ke seluruh teman-teman sekelasnya, dan tidak ada yang mengaku menganiaya,” jelasnya.
Affan menambahkan, Fathiah saat ini tengah menjalani pemeriksaan medis lanjutan.
“Pemeriksaan lebih mendalam sedang dilakukan di rumah sakit. Hasilnya nanti akan kami sampaikan setelah ada keterangan resmi dari dokter,” katanya. Ia juga meminta masyarakat untuk bersabar menunggu hasil medis agar penyebab sebenarnya bisa diketahui dengan pasti.
Kepala Sekolah SD Negeri 150 Palembang, Eka Octa Nugraha, turut menegaskan bahwa pihaknya tidak menemukan indikasi kekerasan di lingkungan sekolah.
“Jadi, saat anak itu datang ke sekolah pada Senin, 27 Oktober 2025, ada guru yang melihat matanya memang sudah merah,” ujar Eka.
Menurutnya, orang tua Fathiah sudah sempat menanyakan langsung kepada teman-teman sekelas sang anak, namun tidak ada yang mengaku melihat perkelahian.
“Kami pastikan dari pihak sekolah tidak ada tindakan kekerasan sama sekali terhadap siswa kami,” tegasnya.
Kasus Berlanjut ke Ranah Hukum
Namun, ketidakjelasan penyebab luka membuat keluarga mengambil langkah hukum. Erna, didampingi suaminya, melaporkan dugaan penganiayaan ke Polrestabes Palembang. Ia mengaku mendapat informasi dari salah satu guru bahwa Fathiah dipukul oleh guru perempuan yang mengenakan cincin.
“Saya tanya memang ke teman-temannya, mereka bilang tidak ada yang memukul. Lalu saya tanya ke salah satu guru, ternyata benar anak saya sudah dipukuli seorang guru perempuan yang menggunakan cincin,” tutur Erna saat melapor.
Laporan tersebut dibenarkan oleh Ipda Erwinsyah dari Polrestabes Palembang. “Betul, laporannya sudah diterima, sekarang masih dalam tahap penyelidikan,” katanya singkat.
Kepala Sekolah, Eka Octa Nugraha, menyatakan siap bekerja sama dengan kepolisian.
“Jika memang dilanjutkan ke proses hukum, kami kooperatif akan memberikan keterangan kepada polisi,” ujarnya.
Namun, ia kembali menegaskan, tidak ada guru di sekolah itu yang memakai cincin. “Wali kelasnya saat itu izin dan digantikan guru pengganti. Semua guru di sini sangat perhatian terhadap muridnya,” tambahnya.
Pandangan Medis: Antara Infeksi dan Trauma
Sementara itu, penjelasan berbeda datang dari pihak medis. Dr. Riani Erna, Sp.M.K., dokter spesialis mata Rumah Sakit Fatimah Palembang, menilai kondisi Fathiah tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan.
“Menurut perspektif dokter, mata merah dan bengkak yang dialami oleh siswi tersebut disebabkan oleh adanya peradangan pada mata karena infeksi dan virus,” ujarnya.
Riani menjelaskan, pasien memiliki riwayat radang mata yang dapat menyebabkan selaput mata berdarah.
“Yang perlu diwaspadai adalah jangan mengucek mata terlalu kuat karena bisa menggores kornea,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa penanganan awal bisa dilakukan dengan istirahat cukup dan memperbanyak minum air putih. Jika dibiarkan tanpa perawatan, infeksi dapat menyebabkan pembuluh darah di mata pecah.
Respons Pemerintah Kota Palembang
Kasus ini juga menarik perhatian Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, yang langsung mendatangi rumah Fathiah. Ia menjanjikan pengobatan gratis di RS Bari Palembang hingga sang anak sembuh total.
“Seluruh biaya akan ditanggung oleh pemerintah kota,” tulis Ratu Dewa di akun Instagram resminya.
Usai menjenguk korban, Ratu Dewa turut mengunjungi SD Negeri 150 untuk meminta klarifikasi langsung.
“Guru yang bersangkutan kembali menegaskan bahwa tidak ada kekerasan selama proses belajar mengajar berlangsung,” ungkapnya.
Kunjungan itu juga dihadiri oleh Kadisdik Palembang, Affan Prapanca, yang menegaskan bahwa langkah ini dilakukan untuk meluruskan kabar yang beredar di media sosial.
“Setelah kami lakukan penelusuran di sekolah dan meminta keterangan dari para guru serta teman-teman Fathiah, tidak ditemukan indikasi adanya kekerasan,” ujarnya.
Hingga kini, pihak pemerintah masih menunggu hasil resmi dari pemeriksaan medis di RS Bari untuk memastikan penyebab pasti luka pada mata Fathiah.
“Kami imbau masyarakat bersabar menunggu hasil pemeriksaan medis yang akan memberikan penjelasan lebih lanjut,” tutup Affan.
Penutup
Di tengah simpang siur kabar antara dugaan kekerasan dan infeksi, keluarga Fathiah masih berharap kebenaran segera terungkap. Sementara sang bocah, dengan mata sayu dan suara kecil, hanya ingin satu hal: bisa kembali bersekolah tanpa rasa takut.
Baca Berita bukamata.id lainnya di Google News










