bukamata.id – Industri perhotelan di Kota Bogor tengah menghadapi tekanan berat. Hingga pertengahan April 2025, dua hotel telah resmi menutup operasional, dan dua lainnya diprediksi akan menyusul. Kondisi ini terjadi akibat dampak langsung dari kebijakan efisiensi anggaran yang diberlakukan pemerintah pusat sejak awal tahun.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengungkapkan kekhawatiran tersebut saat menghadiri panen raya padi di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, pada Kamis (17/4/2025). Menurutnya, kebijakan efisiensi telah menekan aktivitas pertemuan instansi pemerintah yang selama ini menjadi andalan utama hotel-hotel di Bogor, terutama yang bergerak di sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).
“Dua hotel sudah tutup, dan dua lagi akan menyusul dalam waktu dekat. Ini bukan hanya soal kebijakan, tapi juga kondisi ekonomi nasional yang memang sedang tidak stabil,” ujar Dedie.
Baca Juga: Viral! Dokter Kandungan di Garut Diduga Lecehkan Pasien saat USG
Dari sekitar 120 hotel yang masih beroperasi di Bogor, empat di antaranya kini berada dalam kondisi kritis akibat rendahnya tingkat hunian. Hotel-hotel yang biasanya ramai pada hari kerja karena agenda rapat pemerintah kini kehilangan tamu secara drastis.
Dedie menyoroti bahwa hotel-hotel yang menggantungkan pemasukan dari kegiatan MICE paling terdampak. Dengan minimnya kegiatan dari instansi pemerintah, pendapatan hotel ikut anjlok.
“Efisiensi anggaran telah menurunkan permintaan MICE secara drastis. Ini menjadi pukulan telak bagi hotel yang beroperasi dari Senin hingga Jumat,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dedie menyampaikan langsung kepada Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto, harapannya agar pemerintah pusat meninjau ulang kebijakan efisiensi yang dinilai terlalu cepat berdampak ke daerah penyangga ibu kota seperti Bogor.
“Kami mohon, pesan dari Bogor bisa sampai ke Presiden. Kebijakan ini dan juga perang tarif benar-benar terasa di lapangan,” tegas Dedie.
Baca Juga: Gaya Kepemimpinan Dedi Mulyadi Dikritik: Pejabat Hiburan Rakyat Mirip Baim Wong
Sebagai bentuk respons, Pemerintah Kota Bogor tengah mengkaji pemberian insentif bagi hotel-hotel yang masih bertahan, termasuk opsi penundaan pembayaran kewajiban hingga penghapusan denda.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay, mengonfirmasi bahwa tingkat okupansi hotel mengalami penurunan tajam sejak awal tahun.
“Maret menjadi bulan terburuk dengan tingkat hunian hanya 28,9%. Sempat membaik saat libur Lebaran pada 31 Maret–6 April, namun setelah itu kembali anjlok di bawah 50 persen,” ungkap Yuno.
Ia juga mengonfirmasi bahwa dua dari tiga properti milik Sahira Hotel Group telah resmi tutup, sementara dua hotel besar lainnya sudah mengumumkan rencana penutupan pada akhir April.
Fenomena ini menjadi alarm keras bagi dunia usaha dan pemerintah. Tanpa langkah adaptif dan dukungan nyata, sektor perhotelan di kota hujan ini berpotensi terus terpuruk dalam waktu dekat.