bukamata.id – Wilayah Bandung dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir dilanda cuaca ekstrem yang memicu sejumlah bencana, termasuk longsor di berbagai titik. Fenomena ini pun menjadi perhatian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kepala Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, mengungkapkan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini dipicu oleh beberapa faktor alam yang saling berkaitan.
Salah satunya adalah keberadaan sirkulasi siklonik di sebelah barat Indonesia, yang menyebabkan pola belokan serta pertemuan angin di wilayah Jawa Barat.
“Fenomena ini membuat terbentuknya awan hujan semakin intens di kawasan Bandung dan sekitarnya,” jelas Rahayu dalam unggahan Instagram resmi @bmkgbandung, dikutip Rabu (21/5/2025).
Tak hanya itu, suhu muka laut yang relatif hangat di sekitar perairan Indonesia juga memperparah kondisi, karena meningkatkan suplai uap air yang masuk ke wilayah Jawa Baarat.
Kelembaban udara yang masih tinggi serta potensi pembentukan awan konvektif secara lokal turut memperkuat potensi terjadinya hujan deras.
“Empat faktor ini membuat wilayah tengah dan selatan Jawa Barat masih akan diguyur hujan deras hingga setidaknya akhir Juni,” tambahnya.
BMKG memprediksi bahwa musim kemarau baru akan mulai masuk pada Juli, terutama untuk sebagian besar wilayah di Jawa Barat. Namun, sebelum itu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap risiko bencana hidrometeorologi.
“Kami imbau masyarakat, terutama yang tinggal di daerah perbukitan, untuk lebih waspada terhadap potensi pergerakan tanah dan longsor,” tegas Rahayu.
Cuaca ekstrem tak hanya membawa genangan air dan kemacetan, namun juga berpotensi memicu bencana besar jika masyarakat abai terhadap tanda-tandanya.
Tetap waspada dan pantau terus informasi resmi dari BMKG agar bisa lebih siap menghadapi perubahan cuaca yang terjadi.